Syair Muhammad Zuhri


Muhammad Zuhri, dilahirkan di Kudus, Jawa Tengah, pada bulan Desember 1939. Beliau beserta keluarganya selanjutnya pindah ke Pati, dan menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Guru Bantu (SGB) di sana. Tahun 1957 hingga 1964, beliau menjadi guru Sekolah Dasar. Di masa itu beliau mulai bergabung dengan organisasi Muhammadiyah dan turut aktif di dalamnya. Setelah mengundurkan diri sebagai guru SD, beliau mencoba mengembangkan bakatnya dalam seni lukis. Pilihan menjadi pelukis membuatnya merantau ke Semarang dan kemudian ke Jakarta.

Kalau mendiang Moeslim Abdurrahman terkenal sebagai sosok Muhammadiyah yang NU, maka Pak Muh –demikian beliau akrab disapa- adalah Muhammadiyah yang Sufi.

Berikut beberapa sajak beliau yang terkumpul dalam Qasidah Cinta :
 
Munajad II
 
Wahai yang Ada sejak sebelum sampai sesudah segala-galanya
Tuangkan kekinian- Mu ke dalam kesadaranku

Wahai yang tiada pada-Nya kedzaliman
Tuangkan keadilan-Mu ke dalam perbuatanku

Wahai yang tiada pada-Nya kebatilan
Tuangkan kebenaran-Mu ke dalam kenyataanku

Terhadap yang berlimpah pada-Mu aku miskin
Terhadap yang berlimpah padaku jelas Kau tak ingin
Maka tutuplah kelimpahanku dengan kelimpahanMu. 

...

Air dan Sungai
 
Ciptakan jalinan hati
Tanpa kaitan kerja tak akan lestari
Karena banjir memerlukan sungai
Yang mengantarnya ke tepi pantai

Ciptakan jalinan karya
Tanpa ikatan hati tak akan abadi
Karena sungai mendambakan air
Yang memberinya jiwa dan makna hadir

Air dan sungai hanya sebuah tanda
Di dalam kehidupan nyata
Maksudnya: La ilaha illaloh
Muhammadur rasululloh. 

...

Dengan NamaMu 

Dengan NamaMu
Tinggikan langitku
Supaya semerbak taman mawarMu

Dengan NamaMu
Lepaskan cakrawalaku
Supaya jauh terbang burungmu


Dengan NamaMu
Putihkan kabutku
Supaya lega napas bukitMu

Dengan NamaMu
Alirkan telagaku
Supaya hijau warna sawahMu

Dengan NamaMu
Sujudkan jiwaku
Supaya merah nyala apiMu.

...

Gubuk Cintaku


Datanglah kemari, o kekasih yang semua
Di ambang gubuk cintaku mungil ternganga
Keranda bagi tubuh-tubuh yang tersia

Usah bicara tentang Tuhan, ketinggian dan kesucian
Reguk madu gunung kupunya untukmu
Atau terima cambuk merahku menyala
Biar melesat sukmamu membelah langit

Esok turun bagai embun paling dini
Menyiram lembah retak kemarau kini
Ditingkah tangis-syukur malaikat bidadari.

...

Kaset Kaset Kosong

Bagai durian mentah
Sangat susah dibelah
Isi belum berasa
Jangan tanyakan aroma

Kekebalan kulit dan berat badan
Semakin jadi handalan
O sobat sayang
Alangkah tenangnya tidurmu

Kemarin kulihat sebuah bintang
Gugur dari angkasa
Tak tampakkah olehmu?
Cahayanya masih membekas di dada

Dan semua bintang bakal gugur
Ya, semua bintang pasti gugur
Katakan padaku!
Dimana kelak kau rekam cahayamu?

...


Ramadhan

Tetes lapar haus
Menata ritma huruf
Mengungkap makna
Tak terjamah mata
Bulan putih
Kekal di dada

...

Kabutlah Lorong Kehidupan Ini

Kabutlah lorong kehidupan ini
dan duka obornya

Kabutlah lorong kehidupan ini
dan diam rambu-rambunya

Kabutlah lorong kehidupan ini
dan lapar kudanya

Kabutlah lorong  kehidupan ini
dan sendiri penempuhnya

...
 
Hampa

Siapa berselubung
Tanpa Dia dibaliknya
Bagai batu ditinggalkan beratnya

Siapa mandiri
Tanpa Aku di dalamnya
Bagai udara kehilangan ruangnya

Siapa berbicara
Tanpa Engkau di depannya
Bagai sungai tanpa samodera

...

Senyum Musa

Jika kata-kata punya sayap,
Diam punya darah dan syaraf

Bila bicara punya matahari,
Diam lebih dalam dan misteri

Lihat!
Firaun mulai benci matahari
Rupanya sadar tahtanya tak abadi

Diam-diam Musa tersenyum,
Menjelang paginya yang ranum

...

Maut dan Hidup

Ketika tanaman bungaku tiba-tiba layu
karena air hujan yang menggenang
Seorang tukang kebun menyarankan :
Alirkan airnya!
Dan saksikan!
Akan segera tegak batangnya.

...
 
Mawar

Mawar!
Ajari aku mengolah tanah hitam dan air limbah
menjadi rona merah padam
yang membuat matahari tersenyum manis di wajahmu

Mawar!
Ajari aku memeras batang, duri, daun dan ranting
menjadi aroma segar meruang
yang membuat bumi berkenan istirahat di kelopakmu

Mawar!
Aku Cuma mampu menjagamu dari mulut kambing,
ulat tanaman dan kekeringan
Alangkah kecilnya diriku di depanmu.

0 comments:

Post a Comment

Sebelum anda memberi komentar, silahkan masuk dengan menggunakan akun google atau URL openID anda agar kami dapat lebih mudah membalas komentar anda, terimakasih.