Metadata Perpustakaan



Dalam waktu dekat ini akan diadakan Konfrensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-5 (KPDI) yang mengangkat tema tentang Metadata. Apa sebenarnya meta data ? dan bagaimana struktur metadata ? berikut ini merupakan penjelasan terkait metadata sebagaimana dikutip dari pdii.lipi.go.id (15/10/12).

Metadata adalah informasi yang terstruktur yang menggambarkan, menjelaskan, menempatkan, atau membuatnya lebih mudah untuk mengambil, menggunakan, atau mengelola sebuah sumber informasi. Metadata sering disebut data tentang data atau informasi tentang informasi.

Istilah metadata digunakan berbeda dalam komunitas yang berbeda pula. Di lingkungan perpustakaan, metadata biasanya digunakan untuk skema yang resmi dari suatu deskripsi, berlaku untuk semua jenis objek, digital atau non-digital. Katalogisasi pada perpustakaan tradisional adalah bentuk metadata dari MARC 21 dan aturan set yang digunakan, seperti AACR2, yang merupakan metadata standar. Skema metadata lain telah dikembangkan untuk menggambarkan berbagai objek tekstual maupun non-tekstual termasuk buku yang diterbitkan, dokumen elektronik, arsip menemukan alat bantu, benda seni, pendidikan dan materi pelatihan, dan ilmiah dataset.

Struktur Metadata

Skema Metadata adalah elemen spesifik dari suatu metadata yang dirancang untuk tujuan khusus, seperti menggambarkan jenis khusus sebuah sumber informasi. Definisi atau arti elemen itu sendiri dikenal sebagai semantik dari skema. Nilai yang diberikan untuk elemen metadata adalah konten. Opsional, mereka mungkin menetapkan aturan konten untuk bagaimana konten harus dirumuskan (misalnya, bagaimana mengidentifikasi utama judul), aturan untuk representasi konten baru (misalnya, kapitalisasi aturan), dan nilai-nilai konten yang diijinkan (Misalnya, syarat harus digunakan untuk menentukan kosakata agar lebih terkontrol).

Mungkin juga ada aturan sintaks untuk bagaimana elemen dan konten harus dikodekan. Sebuah skema metadata tanpa aturan sintaks disebut independen sintaks. Banyak skema metadata saat ini menggunakan SGML (Standard Generalized Mark-up Language) atau XML (Extensible Mark-up Language). XML, yang dikembangkan oleh World Wide Web Consortium (W3C), adalah bentuk HTML yang memungkinkan untuk memprmudah pertukaran informasi yang terstruktur. SGML merupakan superset dari HTML dan XML yang memungkinkan untuk memperkaya mark-up dari sebuah dokumen. XML mempunyai peran yang sangat penting dalam pertukaran berbagai data pada Web.

Jenis-jenis metadata :

1. Machine readable cataloging (MARC)

MARC merupakan standar metadata katalog perpustakaan yang dikembangkan pertama kali oleh Library of Congress. MARC adalah salah satu hasil dan juga sekaligus syarat penulisan katalog koleksi bahan pustaka perpustakaan. Format LC MARC sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC sejenis bagi kepentingan nasionalnya masing-masing. MARC lebih dipopulerkan oleh dunia perpustakaan. Kode MARC ini nantinya akan sangat berguna apabila terjadi proses saling bagi data elektronik antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya, biasanya dikenal dengan istilah Harvesting atau saling pungut.

2. Dublin Core

Merupakan salah satu metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Dublin Core dihadirkan karena ada beberapa pihak yang merasa kurang sesuai untuk menggunakan bentuk MARC sehingga diadakan suatu kesepakatan menyusun sebuah metadata baru yang lebih mudah dan fleksibel serta mempunyai kemampuan untuk dikembangkan dibanding MARC.

Dublin Core memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut:
  1. Memiliki deskripsi yang sangat sederhana
  2. Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum
  3. Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut
Data Dublin Core tersusun atas 15 element dasar yaitu :
  • • Title : judul dari sumber informasi
  • • Creator : pencipta sumber informasi
  • • Subjet : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi
  • • Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian
  • • Publisher : orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi
  • • Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informaso
  • • Date : tanggal penciptaan sumber informasi
  • • Type : jenis sumber informasi, laporan, peta dan sebagainya
  • • Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi
  • • Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasikan sumber informasi. Contoh URL, alamat situs
  • • Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi
  • • Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi
  • • Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya
  • • Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu
  • • Rights : pemilik hak cipta sumber informas
Dublin Core lebih dipopulerkan oleh dunia ICT.

3. IndoMARC

Di Indonesia MARC diadopsi menjadi indoMARC agar memudahkan identifikasi proses katalogisasi yang sesuai dengan kaidah dan kesepakatan para pustakawan di Indonesia Metadata indoMARC ini sudah lama dipakai di kalangan perpustakaan sebagai standar katalogisasi.. Format indoMARC merupakan implementasi dari ISO dengan format ISO 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui format digital atau media yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya. IndoMARC menguraikan format cantuman bibliografi yang sangat lengkap terdiri dari 700 elemen bibliografi dan dapat mendeskripsikan dengan baik yang kebanyakan merupakan objek fisik sumber pengetahuan, seperti jenis monografi (BK), manuskrip (AM), dan terbitan berseri (SE) termasuk : buku pamphlet, lembar tercetak, atlas, skripsi, tesis, disertasi, jurnal buku langka.

MEMBUAT METADATA YANG BAIK

Dalam sebuah perpustakaan, metadata sangat penting perannannya sehingga pembuatan metadata sebaiknya harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Banyak faktor yang ikut menentukan kualitas metadata. Panduan berikut mencakup prinsip-prinsip dari A Framework of Guidance for Building Good Digital Collections dari NISO (National Information Standards Organization dari Amerika Serikat) dan saran dari sumber-sumber lain:
  • Memilih skema yang cocok untuk bahan dalam koleksi, pengguna koleksi, dan penggunaan, baik sekarang maupun di masa mendatang.
  • Membuat sistem metadata dengan levels of control, demi efisiensi biaya, waktu dan tenaga. Dengan berkonsentrasi pada sumber penting saja, kualitas metadata lebih terjamin.
  • Menggunakan lebih dari satu skema bila perlu, misalnya MARC atau MODS untuk sumber-sumber yang paling penting, dan Dublin Core yang sederhana untuk yang kurang penting.
  • Mengutamakan kebutuhan dan kemudahan pengguna. Skema yang sederhana mungkin lebih mudah bagi staf perpustakaan yang membuat metadata, tetapi pengguna mungkin dirugikan karena resource discovery menjadi kurang lancar, rumit, dan hasilnya mengecewakan.
  • Jangan terkecoh oleh kemudahan semu. Skema sederhana belum tentu lebih mudah diaplikasikan daripada skema yang lebih kompleks. Untuk mengakomodasi data, pengatalog sering terpaksa membuat modifikasi atau perluasan lokal. Ini akan menghambat atau bahkan meniadakan interoperability.
  • Untuk memperlancar kerjasama dan menjamin interoperability dalam satu jaringan, susunlah suatu application profile bersama.
  • Skema terpilih harus menunjang interoperability semantik, struktural, dan sintaktik.
  • Skema untuk perpustakaan perguruan tinggi hendaknya menghasilkan metadata yang cukup granular (mendetil)
  • Gunakan kosa kata terkendali yang standar, daftar pengendali (authority files) untuk nama orang, badan korporasi, dan unsur lain yang dijadikan titik temu (access point) yang dapat menjamin keseragaman dan konsistensi isi unsur-unsur
  • Buatlah metadata yang mampu menunjang pengelolaan sumber digital berjangka panjang
  • Cantuman berisi metadata merupakan sumber digital pula, dan sebab itu harus juga memenuhi syarat archivability, persistence, unique identification
  • Manfaatkan sarana bantu untuk pembuatan metadata yang telah tersedia, misalnya: templates, mark-up tools, extraction tools, conversion tools.
  • Susunlah panduan penyusunan metadata yang menjelaskan How –What – Where – When – Why bagi staf agar kebijaksanaan yang telah ditetapkan dilaksanakan dengan taat azas
  • Laksanakan quality control metadata secara teratur
  • Metadata untuk koleksi perpustakaan digital perguruan tinggi sebaiknya dibuat oleh staf profesional yang dididik, dilatih, dan di-retool secara bersinambungan.
  • Perpustakaan perguruan tinggi di masa mendatang sebaiknya menunjuk seorang staf profesional untuk bertindak sebagai “metadata manager” atau “metadata integrator” yang bertanggung jawab atas proses seamless access di perpustakaan tempat ia bekerja.

Sumber : http://duniaperpustakaan.com/

0 comments:

Post a Comment

Sebelum anda memberi komentar, silahkan masuk dengan menggunakan akun google atau URL openID anda agar kami dapat lebih mudah membalas komentar anda, terimakasih.