Bicara budaya baca di Jepang seolah tidak ada habisnya. Sebagaimana sudah dibahas pada tulisan sebelumnya, Tidak hanya orang Indonesia, semua orang di seluruh penjuru dunia juga ingin belajar terkait Budaya Baca.
Tingginya budaya baca di Jepang tidak salah ketika Budaya Baca di Jepang dianggap sebagai salah satu kontribusi terbesar kenapa negara Jepang menjadi negara yang sangat maju.
Pada tulisan ini kita juga akan belajar
lagi dari Budaya Jepang. Kali ini kita belajar dari kisah seorang warga
negara Indonesia yang tinggal di Jepang dan bercerita pengalaman
pribadinya yang ditulis melalui blog pribadinya.
Dalam tulisanya tersebut disebutkan jika
di Jepang, Petani yang sudah tua renta sekalipun, ternyata masih tetap
suka membaca. Baca selengkapnya kisahnya berikut ini :
Ketika saya sedang lari pagi, kebetulan
rute yang saya ambil kali ini adalah rute persawahan, dekat dengan SD si
sulung, sekalian berharap siapa tahu bisa melihat si sulung main bola
di lapangan sekolah hehe…
Lagi asik jogging sambil mendengarkan
lagu The Cure melalui HP yang tersambung ke earphone, mata saya
tertumbuk pada sebuah truk kecil yang terparkir dipinggir sawah, bagian
belakang penuh dengan alat-alat pertanian, mobilnya pun sangat dekil
penuh lumpur, dengan seorang pengendara yang sedang duduk didepan,
seorang lelaki tua berambut tipis, bisa dikatakan sudah kakek, hmm lagi
ngapain ya?
Seorang kakek (seperti) memakai kacamata baca yang melorot sampai ujung batang hidungnya, dengan mata serius menatap ke bawah.
Kira-kira beberapa meter dari truk itu,
saya siap-siap mau ngelongok ngapain sih si kakek di dalam mobil. Ketika
pas di samping pintu truknya, saya pelankan lari saya dan menoleh ke
samping. Terkejut saya. Kakek petani itu sedang membaca buku!
Entah buku apa yang dibacanya, terlihat
lembaran kertas yang sudah menguning dan kusam, dan disebelah bangku,
ada sebuah koran yang sepertinya masih terlipat rapi.
Salut saya. Petani adalah suatu
pekerjaan yang cukup berat. Bukan hanya pikiran saja yang digunakan
untuk memikirkan bibit unggul yang akan ditanam, cara tanam yang baik
hingga menghasilkan hasil yang memuaskan, menyikapi hama dan taifun yag
kerap datang ke Jepang.
Bukan itu saja, perlu tenaga yang kuat!
Dari yang mencelupkan bibit padi satu-satu, memelihara berkembangnya
padi dengan baik sampai pada acara panen ketika musim gugur tiba.
Tapi, begitu tercekat saya ketika
ditengah sibuknya pekerjaan yang dijalani, sang kakek petani itu masih
meluangkan waktunya di sela-sela jam istirahatnya, padahal ia bisa saja
merebahkan tubuhnya di kursi mobil sambil memejamkan matanya sejenak,
atau melakukan aktifitas lainnya yang bisa mengistirahatan total bagian
tubuhnya untuk nanti dipakai kembali untuk bekerja.
Tapi ternyata, kakek itu seperti tak ingin menyianyiakan waktunya terbuang percuma, di pakailah waktu rehatnya untuk membaca!
Dari kisah diatas, tentunya pembaca sudah bisa mengambil kesimpulan sendiri dari kisah tersebut diatas.
Jika seorang petani yang sudah tua renta saja masih suka membaca, bagaimana dengan orang Indonesia?
Para siswa dan pelajar serta
mahasiswanya saja masih banyak yang malas membaca. Itu kenapa hampir di
setiap ujian budaya MENCONTEK selalu menjadi budaya yang selalu terjadi
disetiap tahunya.
Sudah begitu, para dosen dan ilmuwan
Indonesia juga dikenal sebagai kalangan yang paling MALAS menulis karya
ilmiah sebagai bukti jika meraka itu layak disebut sebagai teladan untuk
para mahasiswanya.
Semoga dari kisah tersebut diatas bisa
menyadarkan kita semua, kalaupun tidak bisa merubah budaya di negara
kita, minimal jika anda sudah membaca tulisan ini, anda termasuk orang
yang ingin merubah diri dan menambah semangat kita untuk MEMBACA dan
TERUSLAH MEMBACA!
Jika anda mampu, minimal keluarga dan
ingatlah untuk memiliki keinginan bahwa anak-anak kita nantinya haruslah
menajdi anak dan generasi yang diajarkan untuk membaca.
0 comments:
Post a Comment
Sebelum anda memberi komentar, silahkan masuk dengan menggunakan akun google atau URL openID anda agar kami dapat lebih mudah membalas komentar anda, terimakasih.