Penulis : Meutya Hafid
Type : Digibook (exe)
Siapa pun penonton
televisi dan pembaca koran pasti ingat peristiwa nahas tersebut. Meutya
Hafid,seorang reporter Metro TV dan Budiyanto, juru kamera yang
mendampinginya, disandera oleh Mujahidin Irak. Mereka diculik tiba-tiba
saat sedang berhenti di POM Bensin. Seluruh bangsa pun khawatir, berdoa
demi keselamatan mereka, dan mengusahakan pembebasan secepatnya.
Buku ini ditulis dengan baik oleh Meutya Hafid. Tema sentral buku ini
ialah drama penyanderaan Meutya Hafid dan Budiyanto oleh Kelompok
Mujahidin selama 168 jam. Bagaimana mereka harus tinggal di dalam Gua
yang sangat sempit, berbagi tempat dengan para penyandera yang akhirnya
malah akrab dengan mereka.
Tidak hanya itu, buku ini juga menceritakan segala hal tentang Meutya Hafid, mulai dari lahir hingga menjadi seperti saat ini. Gaya bertutur atau bercerita apa adanya, membuat buku ini asyik dibaca. Kita dapat mengetahui bagaimana cara Meutya Hafid berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari, cara dia bekerja Metro TV serta sisi-sisi lain dari kehidupan Meutya Hafid.
Tidak hanya itu, buku ini juga menceritakan segala hal tentang Meutya Hafid, mulai dari lahir hingga menjadi seperti saat ini. Gaya bertutur atau bercerita apa adanya, membuat buku ini asyik dibaca. Kita dapat mengetahui bagaimana cara Meutya Hafid berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari, cara dia bekerja Metro TV serta sisi-sisi lain dari kehidupan Meutya Hafid.
Buku ini menggambarkan bahwa dalam perang, tidak hanya perang senjata yang terjadi, namun juga perang informasi. Oleh karena itu wartawan dari pihak lawan biasanya menjadi incaran atau target serangan juga, apalagi yang jelas-jelas pemberitaannya tidak berimbang atau tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. “Wah, ternyata menjadi wartawan perang resiko kehilangan nyawanya lebih besar”.
Meutya juga menceritakan bahwa selama dalam penyanderaan mereka diperlakukan dengan sangat baik. Tidak ada hari tanpa makanan lezat. Selain itu, pimpinan kelompok Mujahidin juga mengatakan bahwa tidak ada satu pun Mujahidin yang boleh mengganggu wanita. “Jika ada dari anggota saya yang berani menyentuh satu helai rambutnya (Meutya) sekalipun, laporkan kepada saya. Orang itu menjadi urusan saya, hukumannya sampai hukuman mati” kata pimpinan kelompok Mujahidin.
Tujuan kelompok mujahidin melakukan penyanderaan sendiri adalah untuk memperoleh kemerdekaan. “Saya tidak membenarkan Saddam Husein, namun kami tidak mau dijajah oleh tentara koalisi“, ucap salah satu anggota Mujahidin. “Jika tentara koalisi sudah benar-benar meninggalkan tanah Irak maka kami akan berhenti melakukan hal seperti ini (berjuang), tambah anggota Mujahidin tersebut.
Banyak hal-hal positif yang dapat diambil dari cerita Meutya Hafid ini. Membaca buku ini dijamin kita akan tertular atau termotivasi oleh hal-hal positif tersebut. Karena Meutya Hafid bekerja dengan menggunakan semangat, kecerdasan, keberanian, dan ketaqwaan yang tinggi meski nyawa adalah taruhannya
Silahkan Download Disini :
0 comments:
Post a Comment
Sebelum anda memberi komentar, silahkan masuk dengan menggunakan akun google atau URL openID anda agar kami dapat lebih mudah membalas komentar anda, terimakasih.