Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah (wafat: 751-H) mengisahkan: “Suatu
ketika — di akhir-akhir hayatnya — Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah (wafat: 728-H) mengirimiku tulisan tangan beliau tentang
Kaidah Tafsir. Di balik tulisan tersebut terdapat bait-bait syair yang
beliau tulis sendiri dengan tangan beliau.
أَنَا الْفَقِيرُ
إِلَى رَبِّ الْبَرِيَّاتِ … أَنَا الْمُسَيْكِينُ فِي مَجْمُوعِ حَالَاتِي
“Akulah
hamba yang sangat fakir terhadap Tuhan segenap makhluk … Akulah hamba yang
miskin lagi kerdil, di setiap keadaanku.”
أَنَا الظَّلُومُ
لِنَفْسِي وَهِيَ ظَالِمَتِي … وَالْخَيْرُ إِنْ يَأْتِنَا مِنْ عِنْدِهِ يَأْتِي
“Akulah
hamba yang sangat zalim terhadap jiwanya sendiri (senantiasa berdosa), dan jiwa
tersebut adalah kezalimanku … Kebaikan dari sisi-Nya, jika hendak menghampiri
kita, pasti akan menghampiri.”
لَا أَسْتَطِيعُ
لِنَفْسِي جَلْبَ مَنْفَعَةٍ … وَلَا عَنِ النَّفْسِ لِي دَفْعُ الْمَضَرَّاتِ
“Aku tak
mampu mengusahakan manfaat buat diriku sendiri … Aku pun tak sanggup menolak
kemudaratan dari diriku.”
وَلَيْسَ لِي دُونَهُ
مَوْلًى يُدَبِّرُنِي … وَلَا شَفِيعٌ إِذَا حَاطَتْ خَطِيئَاتِي
“Aku tidak
punya pelindung selain-Nya yang akan mengatur—urusan—ku … Dan tidak pula
pemberi syafa’at—yang akan meminta syafa’at buatku—jika dosa-dosaku telah
meliputi aku.”
إِلَّا بِإِذْنٍ مِنَ
الرَّحْمَنِ خَالِقِنَا … إِلَى الشَّفِيعِ كَمَا قَدْ جَاءَ فِي الْآيَاتِ
“Kecuali
dengan izin dari ar-Rahman (Yang Mahapengasih), Pencipta kita … Kepada Sang
Pemberi Syafa’at, sebagaimana yang telah datang—penjelasannya—dari ayat-ayat
(al-Qur’an).”
وَلَسْتُ أَمْلِكُ
شَيْئًا دُونَهُ أَبَدًا … وَلَا شَرِيكٌ أَنَا فِي بَعْضِ ذَرَّاتِ
“Tanpa-Nya,
selama-lamanya aku tidak memiliki secuil apapun juga … Sedikitpun jua, aku
bukan sekutu(-Nya) dalam mewujudkan sebahagian butir yang terkecil.”
وَلَا ظُهَيْرٌ لَهُ
كَيْ يَسْتَعِينَ بِهِ … كَمَا يَكُونُ لِأَرْبَابِ الْوِلَايَاتِ
“Tidak pula
aku ini ‘Si Pembantu Kecil’ buat-Nya, yang bisa Dia minta pertolongannya
(karena Dialah Dzat yang tidak butuh pertolongan dari siapapun dan sekecil
apapun) … Sebagaimana keadaan ‘Tuhan-Tuhan Palsu’ dari kalangan makhluk—yang
dianggap—wali di wilayah-wilayah tertentu, yang mana mereka itu justru sangat
butuh bantuan makhluk lain (apalagi bantuan-Nya).”
وَالْفَقْرُ لِي
وَصْفُ ذَاتِ لَازِمٍ أَبَدًا … كَمَا الْغِنَى أَبَدًا وَصْفٌ لَهُ ذَاتِي
“Kefakiran,
adalah sifat yang senantiasa melekat pada diriku selama-lamanya … Sebagaimana
sifat Mahakaya akan abadi melekat pada diri-Nya.”
وَهَذِهِ الْحَالُ
حَالُ الْخَلْقِ أَجْمَعِهِمْ … وَكُلُّهُمْ عِنْدَهُ عَبْدٌ لَهُ آتِي
“Demikianlah
keadaan segenap makhluk … Mereka semua di sisi-Nya adalah hamba yang akan
datang (kembali) kepada-Nya.”
فَمَنْ بَغَى
مَطْلَبًا مِنْ غَيْرِ خَالِقِهِ … فَهُوَ الْجَهُولُ الظَّلُومُ الْمُشْرِكُ الْعَاتِي
“Barangsiapa
mencari sesuatu dari selain Penciptanya … Maka dialah Si Bodoh lagi zalim dan
musyrik yang kurang ajar.”
[Dinukil
dari Madaarijus Saalikiin: 1/520-521, karya: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah,
muhaqqiq: Muhammad al-Mu’tashom al-Bagdaadi, Cet. Daarul Kitaab al-‘Arobi -
Beirut, 1416]
0 comments:
Post a Comment
Sebelum anda memberi komentar, silahkan masuk dengan menggunakan akun google atau URL openID anda agar kami dapat lebih mudah membalas komentar anda, terimakasih.