Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Type : PDF
Menikah adalah satu di antara tiga perkara yang sunnah untuk
disegerakan. Dan Allah akan melimpahkan ridhanya kepada orang yang akan
menyegerakan menikah. Halnya sama dengan orang yang membantu untuk menyegerakan
menikah. Karena perbuatan menyegerakan menikah merupakan perkara yang
disunnahkan oleh Rasulullah. Dan setiap perkara yang disunnahkan, adalah
tindakan yang diridhai dan dicintai Allah.
Perkara inilah (baca: menikah) yang tak segera dilakukan
oleh Dewi Zahranaa.k.a Zahrana tokoh utama dalam novel berjudul Cinta
Suci Zahrana karya Habiburahman el-Shirazy. Novelis peraih Penghargaan
Sastra Nusantara Tingkat Asia Tenggara (MASTERA) tahun 2008.
Dalam novel ini menceritakan bagaimana sosok Zahrana yang
menunda-nunda menikah. Ia lebih mendahulukan pendidikan ketimbang sunnah Rasul
tersebut. Walaupun sudah cukup dikatakan sukses untuk ukuran perempuan semacam
dirinya—dalam menuntut ilmu dan pekerjaannya sebagai seorang dosen. Apalagi
ditambah ia berhasil menerima Penghargaan Tingkat International di Bidang
Arsitektur yang diberikan oleh Tsinghua University Beijing sampai
diundang untuk menerima penghargaan tersebut atas karya-karya dan prestasinya
dibidang arsitektur.
Sayang, kesuksesan Zahrana dalam berbagai hal tidak diimbangi
dengan masalah kehidupan pribadinya. Tak lain masalah soal kehidupan
pribadinya. Soal percintaan dan perjodohannya! Kedua masalah itulah yang tidak
dapat ia dapatkan secara bersamaan. Tak mudah ia genggam.
Namun dengan berjalannya waktu hal itu membuat khawatir
khususnya Pak Munajat dan Bu Nuriyah sebagai kedua orangtua Zahrana. Kedua
orangtuanya itu menginginkan ia untuk segera melepaskan masa lajangnya. Segera
menikah! Terlebih ketika mereka mengetahui bahwa anak perempuannya yang semata
wayang itu sudah tak muda lagi. Usianya sudah melewati kepala tiga. Berusia 33
tahun. Tentu usia tersebut sebagai seorang perempuan adalah usia yang sungguh
memalukan di mata warga kampung dimana mereka tinggal. Hingga hal itu
membuatnya merasa tidak nyaman dan terganggu. Dan konflik bathin pun mulai
menghinggapi dirinya.
Rahasia Tuhan tiada yang mengetahuinya. Zahrana pun akhirnya
menemukan jodohnya. Ia dipinang oleh seorang duda tanpa anak bernama Rahmad
sekaligus mantan santri yang juga penjual kerupuk. Itu pun karena dikenalkan
atas perantara Bu Nyai Dah pemilik sekolah dimana ia mengajar.
Tapi takdir
berkata lain ketika di hari bahagianya, tepatnya di hari pernikahannya Zahrana
mendapatkan kabar yang membuatnya ia shock hingga tak sadarkan diri
(pingsan). Ia menerima kabar duka tentang kematian (calon) suaminya itu—yang
tewas karena tertabrak kereta api.
Ternyata bukan
sampai disitu penderitaan (musibah) yang dialami oleh Zahrana. Setelah kematian
.Rahmad, (calon) suaminya itu. Pak Munajat, ayahnya pun ikut menyusul. Ayahnya
dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Meninggal dunia karena serangan jantung.
Apalagi ia harus menerima teror oleh Pak Karman, rekan kerjanya sesama dosen
yang pinangannya ditolak mentah-mentah olehnya. Dan semakin lengkaplah
penderitaan Zahrana. Hari-hari yang ia lalu penuh dengan kedukaan.
Mungkin bagi yang
sudah mengetahui atau membacanya—dalam bentuk novelet sebelumnya tentu sudah
tahu endingnya seperti apa. Tapi dalam edisi lengkap ini dalam bentuk
novel tentunya akan ada segala penambahan. Pembaca akan disuguhi alur cerita
yang memikat, setting lebih beragam lagi dan konflik yang penuh berwarna
sebagai unsur intrinsiknya dalam novel ini.
Tapi setiap
kelebihan dan keunggulan sebuah novel. Baik itu ditulis oleh novelis senior
maupun novelis muda tentu saja pasti ada kekurangan dan kelemahannya. Dan
kekurangan dan kelemahan dalam novel ini yakni bahasa ilmiah tentang dunia
arsitek itu sendiri tak digali secara dalam. Kalau pun ada hanya sedikit dan
sangat kurang. Hanya sekilas saja. Ini lebih banyak membahas konflik kehidupan
pribadi Zahrana yang telat menikah.
Namun walaupun
ada kekurangan dan kelemahan tetap saja novel ini banyak memberi inspirasi
sekaligus bahan intropeksi diri khususnya bagi para jomblowan-jomblowati yang
sedang mencari tambatan hati. Alias, jodoh. Perlu menjadi bahan pertimbangan
ketika menemukan jodoh lalu menikah nantinya. Karena perkara soal jodoh ada di
tangan Tuhan bukan di tangan manusia. Dan kita sebagai manusia yang percaya
kepada qadha dan qadar patutlah bertawakal serta berserah diri kepada-Nya.
Silahkan download disini :
0 comments:
Post a Comment
Sebelum anda memberi komentar, silahkan masuk dengan menggunakan akun google atau URL openID anda agar kami dapat lebih mudah membalas komentar anda, terimakasih.